Pada tanggal 27 September 2023, International Financial Corporation (IFC) bekerja sama dengan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) mengundang beberapa Lembaga Bank untuk membahas peluang bisnis keuangan berkelanjutan dan khususnya penilaian risiko perubahan iklim terhadap portofolio investasi. Tri Hita mendapat kehormatan untuk diundang dalam acara ini dan berpartisipasi dalam diskusi.
Pasar Keuangan Berkelanjutan telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Didorong oleh investor global, terdapat peluang investasi sebesar US$ 23 Triliun untuk iklim di pasar global yang sedang berkembang, dengan US$ 16,046 Miliar saja di Kawasan Asia Timur dan Pasifik, menjadikannya kawasan yang paling potensial.
Di Indonesia, IFC memperkirakan potensi investasi iklim sebesar US$ 274 Miliar pada tahun 2030, yang terdiri dari US$ 209 Miliar pada bangunan ramah lingkungan, US$ 23 miliar pada Energi Terbarukan, dan US$ 20 miliar pada sektor transportasi, termasuk infrastruktur penting. Lembaga Keuangan mempunyai peran penting untuk mengarahkan pembiayaan ke sektor ekonomi rendah karbon. Bank harus mempunyai komitmen strategis terhadap rencana jangka pendek dan jangka panjangnya. Di sisi operasional, bank mungkin meningkatkan persentase portofolio ramah lingkungan dan mengurangi pembiayaan pada industri yang padat emisi gas rumah kaca. Selain itu, penilaian risiko juga diperlukan untuk memastikan bahwa portofolio investasi mereka tidak akan gagal bayar dalam waktu dekat. Semua tindakan ini akan membantu mencapai tujuan netral karbon di masa depan dalam memitigasi masalah perubahan iklim.
Bank-bank merefleksikan dalam sesi diskusi bahwa saat ini sebagian besar peminatnya adalah pinjaman dan obligasi yang terkait dengan keberlanjutan. Lebih lanjut, mereka menunjukkan minat terhadap perumahan berkelanjutan, perkebunan hijau, dan investasi industri yang intensif energi. Mereka meminta bantuan lebih lanjut mengenai pengetahuan teknis tentang cara menilai proyek dan juga mengenai instrumen keuangan lainnya.
Dalam diskusi tersebut, IFC juga memperkenalkan alat penilaian risiko, ThinkHazard!, yang memberikan informasi tentang fenomena bahaya yang dipicu oleh proses geofisika, hidrologi, dan meteorologi. Hal ini didasarkan pada data historis, sehingga dapat membantu Lembaga Keuangan untuk menilai risiko dananya. Ini adalah alat sumber terbuka yang dimaksudkan untuk mendukung lembaga keuangan. Bank-bank memberikan masukan bahwa pedoman OJK saat ini sangat ambisius dan sangat menantang untuk menerapkan penilaian risiko pada portofolio investasi.
Pendanaan berkelanjutan menjadi semakin penting untuk memastikan proyek-proyek terkait perubahan iklim dapat dikembangkan dan dipelihara dengan sukses. Tri Hita terkenal dalam mendukung ekosistem pembiayaan berkelanjutan di Indonesia dan Asia Tenggara. Ingin mengetahui lebih lanjut tentang cara mengakses keuangan berkelanjutan? Bicaralah dengan tim kami..