Kabar Terbaru dari COP29: Peluang Investasi Iklim untuk Lembaga Keuangan di Indonesia

Terkait COP29, Tri Hita Consulting menggarisbawahi urgensi terhadap pembiayaan iklim serta peluang besar yang kini terbuka bagi lembaga keuangan. Pada COP29, disampaikan bila New Collective Quantified Goal (NCQG) meningkatkan komitmen tahunan yang sebelumnya sebesar USD 100 miliar menjadi USD 300 miliar, dengan tujuan untuk memobilisasi USD 1,3 triliun setiap tahunnya hingga 2035 (UNFCCC, 2024).

Berdasarkan Perjanjian Paris 2015, NCQG mendukung negara-negara berkembang dalam upaya mitigasi perubahan iklim mereka. Menurut laporan OECD, negara-negara maju telah melampaui janji awal mereka sebesar USD 100 miliar pada 2022, dengan total USD 115,9 miliar (Abnett, 2024).

Target ambisius ini menekankan urgensi global untuk mendukung negara maju dan negara berkembang dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon. Secara khusus, seperti yang disoroti oleh Ernst & Young (2024), Asia diperkirakan akan menerima sebagian besar pendanaan iklim yang diumumkan.

Ada dua mekanisme pembiayaan yang perlu diperhatikan oleh lembaga keuangan di Asia:

  1. Blended Finance: Pendekatan ini menggabungkan sumber daya publik dan swasta untuk menjembatani kekurangan dana yang dibutuhkan dalam mencapai target perubahan iklim global. Dengan memanfaatkan kekuatan kedua sektor ini, lembaga keuangan dapat berinvestasi dalam solusi iklim yang sebelumnya dianggap terlalu berisiko atau mahal.
  2. Asuransi: Dikenal sebagai instrumen mitigasi risiko, perusahaan asuransi kini juga berperan penting dalam memfasilitasi adaptasi dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Ada peluang besar bagi perusahaan asuransi untuk berinovasi, menciptakan produk baru yang tidak hanya membantu bisnis dan pemerintah mengelola risiko iklim, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan jangka panjang.

Mengingat perkembangan ini, lembaga keuangan di Indonesia perlu meningkatkan kapasitas mereka dalam pembiayaan iklim, membangun kemitraan strategis, dan terus mengikuti perkembangan internasional serta nasional. Pelaporan yang konsisten mengenai Manajemen Risiko Iklim dan Analisis Skenario (CRMS) sangat penting, bersama dengan eksplorasi mekanisme pembiayaan inovatif untuk mendukung pembiayaan iklim dan pasar karbon. Dialog strategis dengan lembaga internasional dan publik juga akan mempercepat inisiatif blended finance.

Di Tri Hita Consulting, kami siap membantu Anda menavigasi lanskap yang berkembang ini. Kami menawarkan wawasan dan panduan untuk memastikan lembaga keuangan Anda dapat memanfaatkan peluang ini secara maksimal dan berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan. 

Jangan ragu untuk menghubungi kami di info@trihita-consulting.com untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana kami dapat berkolaborasi di kesempatan yang menarik ini.

Referensi:

  1. Abnett, Kate (2024) ‘Wealthy Countries Met Global Climate Finance Goal Two Years Late, OECD Says’, Reuters, 29 May. Available at: https://www.reuters.com/business/environment/wealthy-countries-met-global-climate-finance-goal-two-years-late-oecd-says-2024-05-29/  (Diakses pada 16 December 2024).
  2. Ernst & Young (2024) [LinkedIn] ‘COP 29: A Summary of Finance Day for Financial Services. Available at: https://www.linkedin.com/posts/ernstandyoung_cop29-finance-day-summary-activity-7264940629137178625-wnMb?utm_source=share&utm_medium=member_desktop (Diakses pada 5 December 2024).
  3. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) (2004) ‘COP29 UN Climate Conference Agrees to Triple Finance to Developing Countries, Protecting Lives and Livelihoods’, UNFCCC News, 24 November. Available at: https://unfccc.int/news/cop29-un-climate-conference-agrees-to-triple-finance-to-developing-countries-protecting-lives-and (Diakses pada16 December 2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed

You might also like