Mendukung pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan dari berbagai sisi; untuk mengurangi emisi & mencapai NDC Indonesia, kita membutuhkan semua pihak.
Pada tanggal 15-17 Juli, Verena Streitferdt selaku Presiden Direktur Tri Hita Consulting, mendukung Marya Tisnandya selaku konsultan yang diundang untuk berbicara dalam sosialisasi Pasar Karbon untuk Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank. Sosialisasi ini diadakan selama tiga hari dan berlokasi di Hotel Le Meridien Jakarta dan kantor BEI. OJK dan GIZ CASE menyelenggarakan sosialisasi dengan dukungan dari ESDM. Marya menyampaikan sesi tentang pelajaran yang dipetik dari pasar karbon internasional, termasuk menciptakan ekosistem pasar karbon yang ideal. Ia juga menyoroti beberapa contoh dari negara-negara tetangga Asia Tenggara hingga Uni Eropa. Acara ini dihadiri oleh 37 peserta dari sekitar 22 lembaga keuangan (LK) dan lembaga keuangan non-bank (LKNB).
Setelah diterbitkannya Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan untuk Indonesia 2021–2025 oleh OJK, semakin jelas bahwa Indonesia mengarahkan dukungannya ke keuangan hijau. Dalam sesi tersebut, perbankan dan para pembicara membahas potensi perbankan dalam membantu OJK dalam mengembangkan pasar karbon daring yang ideal, karena perbankan lebih mengenal pembiayaan digital. Hal ini juga mencakup posisi strategis perbankan yang memegang wortel dan tongkat untuk mendorong dan mendukung Indonesia mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050. Sementara itu, LKNB memainkan peran penting dalam memastikan pasokan dengan mendukung pembiayaan dan asuransi proyek. Selain itu, LKNB memainkan peran penting sebagai rem dan akselerator. Analogi ini dapat menggambarkan peran LK & LKNB dalam memberikan insentif kepada proyek pasar karbon dan membatasi pinjaman kepada sektor-sektor yang padat emisi.
Sebagai tahap awal pasar karbon Indonesia, ada banyak hal yang dapat direnungkan. Oleh karena itu, kami sangat senang diundang untuk berpartisipasi dalam acara ini. Dalam diskusi interaktif tersebut, pihak perbankan menawarkan untuk saling bertukar informasi dengan OJK guna menciptakan ekosistem perdagangan digital yang lebih baik dan maju karena kami menyadari bahwa sektor perbankan memiliki perkembangan dalam aktivitas digital, yang akan menguntungkan kita dengan terjaminnya keamanan dan transparansi yang merupakan poin krusial dalam sistem perdagangan karbon.
Sekali lagi, ini membuktikan bahwa budaya Indonesia, “gotong royong”, mendorong kemajuan pembangunan hijau Indonesia. Kami berharap sosialisasi semacam ini dapat diperluas cakupannya dengan menghadirkan emiten/perusahaan yang masuk dalam sektor (NDC). Hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan kapasitas emiten untuk mempersiapkan diri berpartisipasi dalam pasar karbon.